Pages

Monday, November 15, 2010

Ajarkan Pada Dunia

Suatu siang yang terik di kota S. Aku dan seorang temanku baru saja keluar dari sebuah mall di kota itu kemudian berjalan menuju tempat parkir motor. Di tempat parkir terlihat beberapa anak usia di bawah sepuluh tahun mungkin karena menurutku mereka masih relatif kecil sedang menjajajakan koran. Seorang anak perempuan mendekati kami yang hendak ambil motor. Aku hanya memperhatikan gerak-geriknya. Kulitnya langsat, di beberapa bagian terdapat noda hitam samar, rambutnya yang agak kemerahan tidak beraturan menghiasi kepalanya. Dia menempelkan badannya di bagian motor belakang. Aku menanti apa yang akan kelur dari mulut mungilnya.
"Mbak, korane mbak...." kata gadis itu. Aku hanya tersenyum karena tidak ada niat buat beli koran. Ingin tahu kelanjutan usahan menawarkan dagangannya.
"Sewu mbak" katanya. "Ayo mbak koran sewu." dia melirik sambil memelas.
Aku merogoh saku kemudian mengulurkan selembar uang padanya. Dia lalu menggerakkan tangannya mengambil koran dari tumpukan yang dia bawa.
"Gak usa. Ambil aja uangnya. Buat beli-beli ya" kataku. Aku membayangkan layaknya anak seumuran dia mendapat uang untuk jajan senyumnya akan mengembang. Ternyata tidak, mimik mukanya berubah agak judes. Kemudian mengulurkan tangannya ingin mengembalikan uang itu. Gak aku terima.
"Uda gak papa ambil aja"
"Moh mbaaak...." dia mulai meringis.
"loh gak papa. Buat kamu jajan." kataku.
"Gak mbak. Aku takut dimarahin ayah." matanya berkaca-kaca.
Aku heran kenapa ni anak ketakutan seperti itu. Toh aku gak ngasi dia uang 10 juta. (Ya gak mungkin lah, orang di kosan aja makannya tahu tempe.hehe..)
"Gak usa bilang sama ayah kamu" berusaha meyakinkan. It's just nothing. Tinggal kamu ambil terus beliin permen atau chiki, kamu makan, hilang sudah barang bukti. Ayahmu gak bakal tahu. That's so simple kid.
"Aku gak mau." dengan nada yang agak membentak. Kakinya yang mungil menghentak ke bumi bergantian. Air matanya hampir tumpah. Suaranya agak bergetar.
Mampus. Kalo anak ini nangis bisa-bisa teman-temannya datang kemudian mengelilingiku siap menghakimiku secara massal dengan tuduhan pemerasan atau pelecehan. Tidak akan kubiarkan itu terjadi.
Aku bilang, "Iya. Mana korannya." Dia mereda. Mengambil koran di tangan kirinya.
Aku masi bengong seperti kena sihir. Mengambil koran yang dia berikan.
"Makasi mbak" Senyum mengembang di wajahnya yang sebenarnya cantik. Kemudian hendak membalikkan badannya. Aku memanggilnya kemudian memberikan selembar uang lagi. Wajahnya datar tapi kali ini mau menerima dan menyimpan di kantongnya. Dia berlalu.
Speechless. Berbagai spekulasi bermain di otakku sepanjang perjalanan.
Koran tadi tergeletak begitu saja sama sekali gak tertarik membacanya. Aku lebih tertarik memandangi seraya merenung tentang bagaimana dia berjuang mendapatkan uang diusia sangat dini yang seharusnya masa bermain dan belajar. Dia harus memasukkan unsur uang di otak kecilnya. Berapa yang dia peroleh setiap koran yang berhasil dia jual. Aku rasa gak nyampe gopek. Padahal untuk menjual satu koran saja sangat tidak mudah. Dia harus berpindah dari orang satu ke orang lain sampai ada yang membeli entah karena butuh atau karena kasian. Sikapnya tadi membuatku mereka-reka. Kemungkinan pertama, dia hanya ingin korannya habis karena takut ayahnya marah. Kedua, ayahnya telah menanamkan pada dirinya untuk berjuang dan tidak menerima uang begitu saja tanpa usaha atau meminta-minta.
Entahlah...apa yang ada dipikiran gadis kecil saat itu. Yang jelas dia telah menunjukkan sebuah perjuangan hidup.
Hmmmmm... sedangkan aku usia 20 tahun plus-plus makan tinggal minta orang tua, hanya cukup mikirin kuliah gak perlu tahu gimana oang tua ngedapetin itu semua. Nah, itu pun kalo males suka bolos, gak ngerjain tugas :(
Senang sempat bertemu dengan dia. Mungkin suatu saat kita dipertemukan lagi. Semoga keadaanya sudah berubah. Semangat adek kecil. You're so beautiful,,,, =) Dunia menantimu dewasa. Langkahkan kakimu dengan penuh senyuman dan harapan.

2 comments:

  1. gayane pancen gitu ki' biar orang kasian... tu gaya ngemis masa kini. aq tau kmarin pas workshop "anda bisa jadi pengemis, join us..." coba kl km biarin agak lama bentar dia mbalik lagi minta uang yang tadi. tapi itu kata tentor disana... jangan marah dulu... klo kasusmu ini sih q percaya m km. cm km blm sadar dia gk mau terima uang dari km krn dy juga iba m km. seakan dia melihat maasa remajanya kelak, prihatin liat km. mangkanya dia cemas dan mrengut. takut itu benar2 terjadi.... dia malah punya uang 2000 yang pas itu mau di kasih bwt km untk jajan... tp krna kduluan ya ez....

    ReplyDelete
  2. hoooww....kamu sibuk bgd ya....sempet ngasi materi jg kah??
    makane tatapan matanya aneh ngono..semacam dia mgerti perasaanku banged.y wez tak golek e are'e...tak jaluk due'e....

    ReplyDelete